Distrik Kawangkoan sampai dihapuskan tahun 1966 merupakan gabungan dari Distrik Kawangkoan, Distrik Tompaso, Distrik Sonder, Distrik Langowan, Distrik Rumoong dan Distrik Tombasian. Di luar Langowan, bekas-bekas distrik ini memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang khas.
Masyarakat Kawangkoan, Tompaso, Sonder, Rumoong dan Tombasian di masa lalu telah memiliki semangat untuk berekspansi ke Minahasa Selatan. Mereka mendirikan negeri-negeri baru dan membentuk koloni-koloni bahkan enklave di dalam koloni lain, mulai dari sebelah sungai Nimanga hingga ke seberang sungai Ranoaipo.
Kawangkoan umpama mendirikan Paslaten (kini di Tumpaan). Di negeri Amurang didirikan Buyungon, lalu menyeberang Ranoiapo ada Kawangkoan Bawah di mulut sungai Ranoiapo. Kemudian di sebelah Ranoiapo ke selatan, negeri-negeri bagiannya adalah: Tewasen, Wakan, Kumelembuai, Teep, Saut, Poigar (bagian Kawangkoan) dan Wuwuk-Malola. Tompaso mendirikan di sebelah sungai Ranoiapo negeri-negeri: Tokin, Wanga, Lompad, Pontak, Mapolo, Poopoh, Raanan, Motoling dan Picuan.
Sonder selain mendirikan negeri Kiawa, Pinapalangkow, Kapoya, Lelema, Popontolen, Tinundek (Tumpaan-matani), Tumpaan dan Munte, maka di sebelah dari sungai Ranoiapo, para pionirnya mendirikan Tenga, Paku (ure) dan Pakuweru.
Rumoong awalnya beribukota di Rumoong (Atas), tapi karena kawasannya di pedalaman terbatas, penduduk memperluas wilayah dengan mendirikan Rumoong (Bawah) di mulut sungai Ranoiapo. Meski ada versi kebalikannya, justru dari Rumoong (Bawah) baru didirikan Rumoong (Atas). Rumoong Bawah memang telah menjadi ibukota Balak dan Distriknya sejak awal abad ke-19. Selain Rumoong Bawah, pemukimnya telah mendirikan negeri-negeri di sebelah Ranoiapo: Wijauw, Elusan, Winajan, Tawaang, Radei, Tenga dan Poigar.
Teluk Amurang, rambahan Tombasian, Kawangkoan dan Rumoong. *)
Distrik Tombasian di kawasan Amurang sekarang berasal dari Tombasian Atas, sebagai ibukota. Sejak awal para penduduk Tombasian telah turun ke pantai, dan mendirikan negeri-negeri: Pondang, Sarani, Ranolambot, Tumaluntung, Maliku, Ritei, Malenos, Lopana dan Ranomea.
Pendirian negeri-negeri koloni awal Tontemboan ini telah dimulai sejak Minahasa masih berbentuk pakasaan-pakasaan sebelum dan ketika menghadapi invasi kerajaan Bolaang (Mongondow). Awalnya dilakukan penduduk Tombasian yang wilayah pedalamannya sempit, terhimpit Kawangkoan (Tongkimbut) dan Rumoong. Lalu pemindahan secara besar-besaran berlangsung di permulaan abad ke-18, terpicu sengketa-sengketa antar-balak, dan tudingan bahwa ketiga Hukum Mayoor Kepala Supit, Lontoh dan Paat pilih kasih membela lawan mereka.
Pendirian negeri-negeri baru di kawasan yang kini membentuk Kabupaten Minahasa Selatan itu selalu dimintai dan mendapat persetujuan dari para kepala balak masing-masing, yang kemudian menunjuk seorang hukum atau hukum tua untuk memimpin negeri koloni tersebut. Cukup unik, di satu negeri semisal Tenga ada 2 pemimpin, satu bertanggungjawab langsung kepada Kepala Balak lalu Distrik Sonder, dan satunya bertanggungjawab pada Kepala Distrik Rumoong. Begitu pun dengan Poigar, satu pemimpinnya di bawah kendali Kepala Distrik Kawangkoan dan lainnya pada Kepala Distrik Rumoong.
Betapa repotnya para Hukum dan Hukum Tua di kawasan seberang Ranoiapo sampai akhir abad ke-19 bilamana ada keperluan mendesak umpama mengurus hal penting di ibukota balak atau distrik masing-masing. Mereka harus menempuh perjalanan bolak-balik berhari-hari dengan melalui medan berat menggunakan kuda mau pun berjalan kaki. Tidak heran bilamana Kepala Distrik Rumoong sejak awal telah menetapkan Rumoong (Bawah) sebagai ibukotanya. Demikian pun dengan Kepala Distrik Tombasian, meski formalnya masih beribukota Tombasian Atas, namun memilih tinggal dan bermukim di Amurang. Kepala balak lain memilih mengirim seorang Kumarua atau Hukum Kedua untuk memimpin langsung negeri-negeri kolonisasinya.
Soputan tahun 1923. *)
Langkah praktis ditempuh pemerintah Hindia-Belanda lewat Residen Manado yang mereorganisasi sistem pemerintahan. Tahun 1882 Distrik Tompaso, Distrik Tombasian dan Distrik Rumoong di pedalaman dimatikan. Wilayah kekuasaannya digabungkan dengan Distrik Kawangkoan. Kawangkoan meluas ke arah selatan dan bagian baratnya. Selain utuh menerima semua negeri Tompaso, menerima pula dari Distrik Tombasian negeri Tombasian Atas, serta dari Distrik Rumoong negeri Rumoong Atas dan wilayah sekitarnya.
Sebaliknya, distrik kedua yang ada di Amurang dan seberang Ranoiapo ditegakkan sebagai distrik baru dari Distrik Tombasian, Distrik Rumoong dan Distrik Tompaso (baru) beribukotakan Motoling. Imbal-balik dari reorganisasi itu, negeri-negeri bekas wilayah Onderdistrik Kawangkoan di seberang Ranoiapo diberi terbanyak kepada Distrik Tompaso (baru), serta sisanya kepada Distrik Tombasian dan Rumoong.
Sumber
0 comments on Menguak Distrik Kawangkoan di Abad 19 :
Post a Comment and Don't Spam!